IWAN KARAWANG

Minggu, 09 Mei 2010

puisiku

IBUKU… KASIHMU TIADA AKHIR karya Aba-ku

Ibu...
engkau telah melahirkanku, merawatku, membesarkanku, mendidikku hingga aku tumbuh dewasa

Ibu...
enkau selalu siaga tatkala aku dalam buaianmu, sejak mataku terbuka hingga aku terpejam lagi sejak pagi, siang, sore bahkan malam gelam dan kelam sekalipun tatkala aku belum kuat untuk berdiri, juga aku merasa haus dan lapar engkau setia menjaga dan memeliharaku

Ibu...
betapa engkau penuh perhatian kala aku sakit, aku terjatuh, aku menangis, aku kesepian dan engkau selalu membuatku senang dan riang

Ibu...
pernah kupandang wajahmu dikala tidur, betapa terpancar sinar keridhoan, sinar kesabaran, sinar penuh kasih sayang, bahkan ku menangkap sinar kelelahan namun tetap terpancar ketulusan
Aku yang selalu merepotkanmu, menyita perhatianmu dan aku menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu bahkan sampai meneteskan air matamu

Ibu...
engkau menangis, sedih, dan menderita karenaku, hingga kurus kering, engkau korbankan segalanya untukku

Ibu...
jasamu tiada terbalas, jasamu tiada terbeli, jasamu tiada akhir, jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surgamu

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu, karena jasamu takan pernah terbalas olehku

IbuMaafkan aku, maafkan semua kesalahanku
Hanya tangis dan air mataku sebagai saksi atas jasa dan rasa cintaku padamu
ku yakini surgaku ditelapak kaki mu, takakan kugapai surgaku tanpa doa serta ampunanmuuuu...!!!

puisi chairil anwar

Karawang-Bekasi ~ karya : Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriakMerdekadan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam
dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi